Seorang muslim yang rajin shalat harus memiliki akhlak mulia. la harus berinteraksi dengan orang lain secara baik, lembut, penuh toleransi dan memiliki sifat terpuji, menjadi laksana bunga yang mekar indah menawan, lembut dan tunduk tawadhu. Lemah lembut dan tutur kata manis dan benar adalah buah dari akhlak karimah, ucapan kasar dan suka mencaci adalah tanda akhlak tercela. Akhlak karimah mendatangkan rasa saling cinta, kasih sayang dan eratnya persaudaraan sedang akhlak tercela mengakibatkan permusuhan, kedengkian dan kerenggangan hubungan.
Keutamaan akhlak karimah dalam agama sangatlah jelas. Allah Ta'ala telah memuji Nabi-Nya dengan sifat yang wajib dimiliki oleh setiap muslim ini, "Dan sesungguhnya engkau berada dalam akhlak yang agung."
Rasulullah Saw telah menegaskan:
Keutamaan akhlak karimah dalam agama sangatlah jelas. Allah Ta'ala telah memuji Nabi-Nya dengan sifat yang wajib dimiliki oleh setiap muslim ini, "Dan sesungguhnya engkau berada dalam akhlak yang agung."
Rasulullah Saw telah menegaskan:
أكثر ما يدخل النّاس الجنّة تقوى الله وحسن الخلق
"Amal yang paling banyak memasukkan manusia ke surga ialah taqwa kepada Allah dan akhlak karimah". (HR. At-Tirmidzi[4:363])
Usamah RA bercerita, "Kami berkata, "Ya Rasulullah, apa yang terbaik yang dimiliki manusia?" Beliau menjawab,
إنّما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق
"Akhlak terpuji". (HR. Ibnu Majah [2:1137]).
Rasulullah Saw bersabda;
"Aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak karimah". (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad [247] dan lainnya)
Rasulullah Saw sering mengadu dan berbisik kepada Allah seraya meminta agar dianugerahi akhlak karimah. Di dalam do'anya beliau membaca:
اللّهمّ حسّن خلقي وخلقي
"Ya Allah, indahkanlah bentuk fisik dan akhlakku". (HR. Ahmad [1:403], Abu Ya’la [9:9], dan Ibnu Hibban [3:239])
Juga beliau mengucap: "Ya Allah,hindarkanlah aku dari akhlak tercela". (HR. Tirmidzi [5:575], dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya [3:240])
Allah Azza wa Jalla memperkenankan do'a beliau sebagai realisasi dari janji-Nya, "Berdo'alah kepada-Ku, pasti Aku akan memperkenankan(do'a)-mu". (QS. Al-Mu'min [40]: 60).
Lalu Allah menurunkan Al-Qur'an kepadanya dan mendidiknya dengan adab mulia sehingga Al-Qur'an menjadi akhlak beliau.
Sa'ad bin Hisyam bertutur, "Saya telah menjumpai sayidah Aisyah RA dan menanyakan tentang akhlak Rasulullah Saw. la menjawab, "Tiadakah engkau membaca Al-Qur'an?" "Ya", jawab saya. "Akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur'an", tutur Aisyah.
Allah Ta'ala telah mendidik beliau dengan Al-Qur'an melalui ayat berikut:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh." (QS. Al-A'raf [7]: 199)
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat adil, ihsan, dan memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan …"(QS. An-Nahl [16]:90).
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS. Asy-Syura [42]: 43)
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"…maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (Ihsan)". (QS. Al-Ma' idah [5]: 13)
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْوَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?…" (QS. An-Nur [24]: 22)
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman sangat setia." (QS. Fushshilat [41 ]: 34)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (ihsan)." (QS. Ali Imran [3]:134)
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil (bodoh) menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik". (QS. Al-Furqan [25]: 63)
Lawannya adalah akhlak tercela, seperti berperilaku dan berkata-kata kasar dan buruk. Dalam serangkaian hadits, telah disebutkan, diantaranya:
Pesan Rasulullah Saw kepada Ummil-mukminin Aisyah ra, "Hendaklah engkau lemah lembut, jangan kasar dan kotor ucapan". (HR. Al-Bukhari [10:452], dan Muslim[4:1707])
Pesan Rasulullah Saw kepada Ummil-mukminin Aisyah ra, "Hendaklah engkau lemah lembut, jangan kasar dan kotor ucapan". (HR. Al-Bukhari [10:452], dan Muslim[4:1707])
"Sesungguhnya Allah membenci orang yang kasar lagi buruk ucapan". (Hadits Shahih R.lbnu Hibban [12:506], dan Thabarani dalam Al-Kabir [1:166])
Juga sabda beliau: "Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang kasar dan, keras, menentang penuh kesombongan,yang suka teriak di pasar, mengenal perkara dunia namun bodoh tentang masalah akhirat". (HR. Al-Baihaqi (10:194), dan Ibnu Hibbandalam Shahihnya)
Sahabat Anas bin Malik RA berkata, "Nabi Saw itu bukan seorang pencaci dan tidak kasar". (HR. Bukhari dan lainnya)
Salah satu akhlak buruk dan fanatik yang tercela ialah memusuhi orang beriman sebagai saudara satu aqidah hanya karena beda pendapat atau mazhab dalam fiqih. Lebih dari itu ia menyuruh orang lain agar menjauhinya dan melarang membaca tulisannya dengan dalih tidak boleh berteman dengan ahli bid'ah. Ashabiyah (fanatisme) yang mengandung permusuhan ini menunjukkan bahwa pelakunya kurang ilmu. Karena alasan yang dikemukakannya itu merupakan argumentasi orang yang tidak mampu menghadapi orang yang memiliki hujah dan argumentasi, sama dengan yang diperbuat oleh orang yang tidak mampu membantah dan menjelaskan dengan argumentasi kebid'ahan pelaku bid'ah atau kesalahan orang yang salah. Karena ketidak mampuannya, maka ia mengambil sikap fanatik tercela dan bersikap kasar.
Bergaul dengan pelaku bid'ah dan penganut kesesatan untuk membantah dan meluruskan mereka telah dicontohkan oleh para Nabi sesuai perintah Allah:
Bergaul dengan pelaku bid'ah dan penganut kesesatan untuk membantah dan meluruskan mereka telah dicontohkan oleh para Nabi sesuai perintah Allah:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
"…Katakanlah, datangkanlah burhan (bukti kebenaranMu jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah [2]: 111)
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl [16:125)
"Mereka berkata, "Hai Nuh, engkau telah berbantah-bantahan dengan kami dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami..." (QS. Hud [11]: 32)
Kami katakan bahwa menyeru agar menjauhi pelaku bid'ah adalah penyakit bahaya yang bertentangan dengan hidayah Rasulullah Saw, karena beliau mengingatkan;
"Tidaklah halal bagi seorang laki-laki meninggalkan (menjauhi) saudaranya lebih dari tiga malam. Keduanya berjumpa namun yang ini berpaling dan yang itu juga berpaling. Yang terbaik dari keduanya adalah yang mengawali mengucap salam". (HR.Al-Bukhari [10:492], dan Muslim [4:1984])
Dengan menjauhi atau meninggalkannya, maka tertutuplah kemungkinan untuk berdiskusi dan berdialog yang dengannya akan didapat kepuasan terhadap argumentasi.
Penulis memohon kepada Allah Azza wajalla, semoga Allah membaguskan akhlak kita,memelihara lidah kita dari kata-kata kotor dan buruk, dan semoga membimbing kita kepada kebenaran serta menghindarkan kita dari buruknya pertentangan,' ashabiyah dan bersikukuh dalam kebathilan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Dekat.
Disadur oleh Tim Sarkub (www.sarkub.com)
Dari buku Sifat Shalat Nabi, karya Syeikh Hasan Ali As-Saqqaf Al-Qurasyi Al-Hasyimi
Penerbit Islamuna Press
Penulis memohon kepada Allah Azza wajalla, semoga Allah membaguskan akhlak kita,memelihara lidah kita dari kata-kata kotor dan buruk, dan semoga membimbing kita kepada kebenaran serta menghindarkan kita dari buruknya pertentangan,' ashabiyah dan bersikukuh dalam kebathilan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Dekat.
Disadur oleh Tim Sarkub (www.sarkub.com)
Dari buku Sifat Shalat Nabi, karya Syeikh Hasan Ali As-Saqqaf Al-Qurasyi Al-Hasyimi
Penerbit Islamuna Press
0 komentar:
Post a Comment