Seorang ahli tasawwuf terkemuka, al-Imâmasy-Syaikh Abdullah ibn As’ad al-Yafi’i al-Yamani (w 768 H) dalam kitab Rawdlar-Rayyâhîn setelah menyebutkan bahwa keyakinan kaum sufi adalah mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya dan tidak menyerupakan-Nya dengan suatu apapun, serta berkeyakinan bahwa Dia ada tanpa tempat dan tanpa arah,beliau menuliskan sebagai berikut:
"فأناأذكر الآن عقيدتي معهم على جهة الاختصار فأقول وبالله التوفيق: الذي نعتقده أنهسبحانه وتغالى استوى على العرش على الوجه الذي قاله، وبالمعنى الذي أراده، استواءمنزها عن الحلول والاستقرار والحركة والانتقال، لا يحمله العرش بل العرش وحملتهمحمولون بلطف قدرته، لا يقال أين كان ولا كيف كان، ولا متى، كان ولا مكان ولازمان، وهو الآن على ما عليه كان، تعالى عن الجهات والأقطار والحدود والمقدار"
“Sekarang saya sebutkan secara ringkas keyakinan saya bersama mereka. Saya katakan, dan hanya kepada Allah jua kita berharap taufik: “Yang kita yakini alah bahwa Allah istawâ pada arsy sesuai dengan apa yang Dia firmankannya, dan dengan makna yang Dia dikehendakinya; adalah istawâ yang bukan dalam pengertian bersemayam atau bertempat, juga bukan pula dalam pengertian gerak dan pindah. Dia Allah tidak diangkat oleh arsy yang notabene sebagai makhluk-Nya sendiri. Bahkan sebaliknya, arsy dan para Malaikat yang mengangkatnya semua itu berada di arah atas karena dengan kekuasaan Allah.Tidak dikatakan bagi Allah di mana ada-Nya? Tidak dikatakan bagi-Nya bagaimana Dia? Dan Tidak dikatakan bagi-Nya kapan ada-Nya? Dia ada tanpa permulaan dan tanpa tempat serta tanpa terikat oleh waktu. Dan Dia sekarang setelahmenciptakan tempat dan waktu Dia tetap seperti pada sifat-Nya azali;tanpa tempat dan tanpa arah. Dia Allah maha suci dari segala tempat, segala batasan, dan segala ukuran” [Rawdl ar-Rayyâhîn, h. 498].
0 komentar:
Post a Comment