manakib
Manaqib Al Allamah Al 'Arif Billah Al Habib Sholeh Bin Muhammad Bin 'Ali Mauladdawilah

Beliau dilahirkan di Singosari Malang pada tahun 1295 H atau bertepatan dengan tahun 1807 M. Beliau diasuh oleh kedua orang tuanya sampai menginjak usia remaja. Kemudian dibawa ayah beliau ke Negeri Hadromaut, dan menetap di Kota Seiwun untuk menuntut ilmu, supaya menjadi orang ‘alim dalam bidang hukum Islam.

Di Hadromaut, beliau belajar kepada Al Allamah Habib Muhammad bin Hadi Asseggaf, yang terkenal sebagai mahaguru di Kota Seiwun. Selain itu, beliau juga berguru pada Al Habib ‘Ali bin Muhammad Al Habsyi (Shohibul Maulid) dan kepada Al Habib Ahmad bin Hasan Al ‘Atthos (Shohibul Khuroidhoh).

Berkat kecerdasan dan inayah dari Allah SWT, maka beliau berhasil dalam menuntut ilmu, seperti apa yang dicita-citakan ayah beliau. Diantara teman-teman beliau yang seangkatan dalam menuntut ilmu itu adalah Syech ‘Abdurrohman bin Muhammad Baroja yang menjabat sebagai Qodhi di Kota Seiwun kala itu.

Salah satu bukti yang menunjukkan luasnya ilmu beliau, pada waktu di majelis ilmu Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Asseggaf Gresik, ada seorang peserta majelis dari Malang menanyakan suatu masalah kepada Al Habib Abu Bakar Asseggaf. Setelah dijawab masalah tersebut, lalu Al Habib Abubakar berkata, bila ada masalah lagi, tidak perlu datang ke Gresik, cukup tanyakan saja kepada seorang yang ‘alim di Malang, yaitu Al Habib Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah.

Selama tinggal di Seiwun, beliau menikah dengan cucu Al Habib Sholeh bin Hasan Al Bahar di Sabah. Sekembalinya ke Malang, beliau giat mengadakan pengajian-pengajian, termasuk di Kidul Pasar. Diantara santri beliau yang terkenal, Al Habib Ahmad bin Hadi Al Hamid(Pasuruan), KH ‘Abdullah bin Yasin(Pasuruan), KH. Muhsin(Blitar), Al Habib ‘Ali bin ‘Abdullah Mauladdawilah(Talun Lor), H.Dahlan(Wetan Pasar), dan KH. Ahmad Damanhuri(Malang).

Habib Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah sangat memperhatikan bidang pendidikan, terutama pendidikan putra-putri beliau. Bahkan sampai mendatangkan guru yaitu Syech ‘Ali Arrohbini untuk mengajar Qiro’atul Qur’an di rumah beliau di Bareng Raya, serta mengirim beberapa putra beliau ke Hadromaut untuk menuntut ilmu di Seiwun pada mantan gurunya, yakni Al Allamah Al Habib Muhammad bin Hadi Asseggaf.

Diantara 13 putra-putri beliau yang sekarang masih ada, yakni Habib ‘Alwi bin Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah, yang kini berada di Jeddah, Habib Muhammad Bakir bin Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah di Malang, dan Habib ‘Ali bin Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah yang berada di Solo.

Beliau merupakan salah satu perintis Madrasah Attaroqqie, dan sempat juga mendatangkan Al Ustadz ‘Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih dari Surabaya sekitar tahun 1940-an untuk mengajar, dan menjadi Kepala Madrasah Attaroqqie,’’ kata Habib Ahmad bin Salim Al ‘Aydrus, menantu Habib Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah, kala itu. Amalan beliau sehari-hari yang menonjol adalah dzikrulloh. Diwaktu apapun saja, beliau selalu berdzikir kepada Allah SWT. ‘’Hendaknya lisanmu itu selalu basah karena gerak dengan berdzikir kepada Allah.’’

Selain itu, dalam sehari-sehari beliau juga suka beramal, terutama pada fakir miskin, anak yatim, dan famili-famili beliau. ‘’Dalam hidupnya, beliau juga sangat sederhana dan berlaku waro’, dengan meninggalkan semua perkara yang syubhat (meragukan), yang tidak jelas halalnya. Perbuatannya selalu dijaga benar-benar dan disesuaikan dengan hukum syariat Islam,’’ tutur Habib Ahmad bin Salim Al ‘Aydrus, yang juga kakak kandung Habib ‘Alwy bin Salim Al ‘Aydrus.

Ada beberapa karomah Habib Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah, diantaranya sewaktu Gunung Kelud di Blitar meletus dan terjadi lahar. Waktu itu beliau sedang mengajar di sebuah masjid. atas Rohmat dan takdir Allah SWT masjid tersebut tidak roboh dan tidak tersentuh aliran lahar dari Gunung Kelud. Demikian juga dengan jama’ah pengajian yang berada di dalam masjid selamat. Padahal rumah-rumah di sekitar masjid roboh dan hanyut terkena aliran lahar. Bahkan sendal Habib Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah, yang semula hanyut terbawa lahar, setelah banjir lahar reda sandal tersebut kembali lagi ke depan pintu masjid (Subhanallah………).

Beliau wafat pada hari Jum’at, 28 Ramadhan 1370 H, bertepatan dengan tahun 1950 M dalam usia 75 tahun, dan dimakamkan di pemakaman umum Kasin, Malang. Setelah beberapa hari beliau dimakamkan, beberapa pemilik rumah yang ada di sekitar pemakaman Kasin sering melihat ada cahaya yang keluar dari salah satu makam di pemakaman tersebut. Setelah diselidiki, ternyata cahaya tersebut berasal dari makam Al Habib Sholeh bin Muhammad bin ‘Ali Mauladdawilah. (Subhanallah……..).

0 komentar:

Post a Comment

 
Top