Beliau mulai menghafal al-Quran pada usia sepuluh tahun. Meskipun beliau tidak masuk sekolah agama, beliau telah mempelajari Kutubussittah serta fiqih madzhab Maliki usai lulus dari bangku SMA. Kemudian beliau masuk fakultas teknik atau fakultas perdagangan. Beliau memilih fakultas perdagangan karena bidang ini yang akan memungkinkan dia untuk mengisi waktu luang ketika melanjutkan studi agama.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Syaikh Ali Jum’ah terdaftar di Universitas al-Azhar. Setelah menyelesaikan gelar sarjana kuliah Dirasat Islamiyyah wal Arabiyyah Universitas al-Azhar pada tahun 1979, Syaikh Ali Jum’ah terdaftar dalam program magister dalam Ushulul Fiqh kuliah Syari’ah wal Qanun Universitas al-Azhar. Beliau memperoleh gelar magister pada tahun 1985 dengan nilai mumtaz. Diikuti dengan gelar doktor dalam Ushulul Fiqih kuliah Syari'ah wal Qanun Universitas al-Azhar tahuan 1988 dengan nilai Syaraf Ula.
Selain studi resminya, Syaikh Ali Jum’ah juga belajar kepada banyak guru dan ahli ilmu-ilmu syariah. Diantaranya ulama hadits Maroko dan Syaikh Abdullah bin Shiddiq al-Ghumari. Sehingga mereka menganggap Syaikh Ali Jum’ah adalah salah satu mahasiswa yang paling berhasil.
Diantara guru-guru Syaikh Ali Jum’ah adalah:
1. Syaiikh Abdul Fattah Abu Ghuda
2. Syaikh Muhammad Abu Nur Zuhayr
3. Syaikh Jadur Rabb Ramadan Goma’
4. Syaikh al-Husayni Yusif asy-Shaykh
5. Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani
6. Syaikh Abdul Jalil al-Qarnishawi al-Maliki
7. Syaikh al-Azhar Syaikh Jadul Haqq Ali Jadd al-Haq
8. Syaikh Abdul Aziz az-Zayat
9. Syaikh Ahmad Muhammad Mursi an-Naqsyabandi
10. Syaikh Muhammad Zaki Ibrahim
11. Syaikh Muhammad Hafidz at-Tijani.
Sebelum diangkat menjadi Grand Mufti Republik Arab Mesir, beliau menjadi rujukan dalam Manahij Fiqhiyyah di Universitas al-Azhar.
Di pertengahan 1990 Syaikh Ali Jum’ah mencetuskan kembali tradisi lama yaitu memberi pelajaran agama di masjid al-Azhar, yang mana pelajaran ini terbuka untuk umum sehingga orang-orang yang ingin lebih mendalami tentang agama bisa mengikuti pelajaran ini. Kuliah umum ini terletak di ruangan dekat masjid al-Azhar.
Pada tahun 2003 Syaikh Ali Jum’ah ditunjuk sebagai Grand Mufti Mesir. Sejak menjabat sebagai Grand Mufti Republik Arab Mesir, beliau membuat Dar al-Ifta menjadi sebuah institusi modern dengan dewan fatwa dan sistem checks and balances. Syaikh Ali Jum’ah juga menambahkan aspek teknologi untuk institusi tersebut dengan mengembangkan sebuah website canggih dan call center dimana orang semakin mudah untuk meminta fatwa tanpa harus datang ke institusi tersebut (seperti yang sedang dicanangkan oleh al-Habib Novel Alaydrus dengan Aswaja Center-nya).
Syaikh Ali Jum’ah adalah seorang penulis yang produktif tentang isu-isu Islam dan ia menulis kolom mingguan di surat kabar al-Ahram Mesir dimana ia membahas masalah-masalah kontemporer.
Diantara prestasi yang ditorehkan Syaikh Ali Jum’ah adalah:
1. Mendapat gelar Bachelor of Commerce dari Universitas ‘Ain Syams tahun 1973 M.
2. Mendapat gelar sarjana kuliah Dirasat Islamiyyah wal Arabiyyah Universitas al-Azhar tahun 1979 M.
3. Magister dalam Ushulul Fiqih kuliah Syari’ah wal Qanun Universitas al-Azhar tahun 1985 M dengan nilai mumtaz.
4. Mendapat gelar doktor dalam Ushulul Fiqih kuliah Syari’ah wal Qanun Universitas al-Azhar tahuan 1988 M dengan nilai Syaraf Ula.
Diantara kesibukan Syaikh Ali Jum’ah adalah:
1. Mufti Republik Arab mesir mulai 28 September 2003 sampai sekarang.
2. Anggota Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah mulai tahun 2004 sampai sekarang.
3. Anggota Majma’ al-Fiqh dalam Mu’tamar Islam di Jeddah.
4. Guru besar Ushulul Fiqih kuliah Dirasat Islamiyyah wal Arabiyyah lil Banin Universitas al-Azhar.
5. Anggota Mu’tamar Fiqh Islam di India.
Pada zaman pemerintahan presiden Mesir tergulingkan, Husni Mubarak intelijen keamanan negara Mesir telah membuat alat rahasia dan mata-mata untuk Mufti Ali Jum’ah. Bukan saja sampai di situ bahkan intelijen keamanan Negara Mesir telah mengancam sang Mufti, terlebih ketika Mufti Doktor Ali Jum`a Syaikh Ali Jum’ah h mengeluarkan tiga fatwa yang tidak menyenangkan pihak pemerintah dan polisi, diantara fatwanya adalah:
1. Haramnya sistem waris kedudukan dan kepresidenan. Fatwa ini benar-benar membuat pemerintah marah, sebab Husni Mubarak telah berencana mewariskan tahtanya kepada putra bungsunya Jamal Mubarok, fatwa ini juga membuat jalan Jamal Mubarak meraih tahta menjadi jauh.
2. Haramnya pungutan polisi di jalan raya. Fatwa ini menjelaskan bahwa uang yang diambil oleh polisi dari para pemandu kendaraan di jalan raya dan uang yang dipungut dari rakyat merupakan risywah (uang suap) yang haram dimakan. Fatwa ini membuat para polisi menjadi marah sebab banyak diantara polisi-polisi yang menyalahgunakan kekuasaan.
3. Haramnya membeli suara ketika pemilihan umum. Fatwa ini menggegerkan pemerintah dan seluruh calon perlemen dari partai wathan demokrasi (partainya Mubarak), sebab banyak diantara mereka yang membeli suara rakyat agar menang dalam pemilihan umum. Fatwa ini memburukkan muka para pejabat dan anggota perlemen.
Menurut petinggi intelijen keamanan Negara Mesir tersebut: “Sebab itulah Ali Jum’ah tidak diangkat menjadi Syaikh al-Azhar.” Padahal beliau telah memiliki syarat, dan paling berhak untuk menduduki jabatan Syaikh al-Azhar, sebab selama ini setiap Syaikh Azhar meninggal dunia maka akan diganti oleh Mufti yang masih memegang jabatan Mufti ketika wafatnya Syaikh al-Azhar, ketika Syeikh Jadul Haq (Syaikh al-Azhar sebelum Tontowi) meninggal dunia maka Syaikh Sayyid Tontowi yang ketika itu menjabat sebagai Mufti Mesir diangkat menjadi Syaikh al-Azhar Syarif.
Namun di bawah tekanan pemerintah tersebut, saat mengajar di Masjid Sultan Hasan beliau dengan tegas mengatakan: “Saya tidak takut diturunkan dan dan diberhentikan!” Benar Syaikh Ali Jum’ah selama ini masih tetap dengan pendiriannya seperti sebelum diangkat menjadi Mufti Mesir.
Diantara karya-karya Syaikh Ali Jum’ah adalah:
1. المصطلح الأصولي والتطبيق على تعريف القياس.
2. الحكم الشرعي عند الأصوليين.
3. أثر ذهاب المحـل في الحكم.
4. المدخل لدراسة المذاهب الفقهية الإسلامية.
5. علاقة أصول الفقه بالفلسفة.
6. مدى حجية الرؤيا.
7. النسخ عند الأصوليين.
8. الإجماع عند الأصوليين.
9. آليات الاجتهاد.
10. الإمام البخاري.
11. الإمام الشافعي ومدرسته الفقهية.
12. الأوامر والنواهي.
13. القياس عند الأصوليين.
14. تعارض الأقيسة.
15. قول الصحابي.
16. المكاييل والموازين.
17. الطريق إلى التراث.
18. الكلم الطيب.. فتـاوى عصرية.
19. الكلم الطيب.. فتـاوى عصرية (2).
20. الدين والحياة.. فتاوى معاصرة.
21. الجهاد في الإسلام.
22. شرح تعريف القياس.
23. البيان لما يشغل الأذهـان.. 100 فتـوى.
24. سمات العصر.. رؤية مهتم.
25. سيدنا محمد رسول الله للعالمين.
26. الفتوى ودار الإفتاء المصرية.
27. فتـاوى الإمام محمد عبده (اعتنى بجمعه واختياره وقدم لـه).
28. حقائق الإسلام في مواجهة شبهات المشككين (بالاشتراك).
29. قضيـة تجديد أصول الفقه.
30. صناعة الإفتاء من مجموعة سلسلة التنوير الإسلامي.
31. التجربة المصرية من مجموعة سلسلة التنوير الإسلامي.
32. مكانة المرأة في الفقه الإسلامي من مجموعة سلسلة التنوير الإسلامي.
33. المرأة بين إنصاف الإسلام وشبهات الآخر.
34. قضايا المرأة في الفقه الإسلامي.
35. المرأة في الحضارة الإسلامية.
36. تيسير النهج في شرح مناسك الحج.
37. النبي صلي الله عليه وسلم.
38. الطريق إلى الله.
39. الوحي – القرآن الكريم.
40. البيئة والحفاظ عليها من منظور إسلامي.
41. سبيل المبتدئين شرح منازل السائرين.
Keterangan foto:
Syaikh Ali Jum’ah (Mesir), al-Habib Ismail Fajrie Alattas (Indonesia) dan asy-Syahid Prof. Dr. Syaikh M. Said Ramadhan al-Buthiy (Syria).
0 komentar:
Post a Comment