kisah mualaf
Pengalaman satu hari mengenakan hijab menyebabkan seorang warga Inggris berusia 21 tahun mempelajari Islam lebih banyak dan akhirnya memeluk agama Islam.

“Saya ikut ambil bagian dalam peringatan Hari Hijab Dunia pertama dan menantang diri untuk mengenakan jilbab selama sebulan,” tutur Jessica Rhodes kepada Muslim Mirror.

“Saya kemudian mulai membaca al-Qur’an dan kata-kata dalam Al-Qur’an tampak logis dan jelas, bukan seperti yang ada dalam Alkitab seperti omongan biasa saja.”

Rhodes dari Norwich, merupakan salah satu dari sejumlah non-Muslim di seluruh dunia yang mengenakan jilbab sebagai bagian dari Hari Hijab Dunia tahunan pada tanggal 1 Februari.

Acara ini dimaksudkan untuk menghapus kesalahpahaman bahwa jilbab, pakaian wajib wanita, adalah simbol penindasan perempuan dalam Islam.

Setelah terbiasa mengenakan pakaian muslim, Rhodes mengatakan bahwa ia tidak bisa pergi tanpa mengenakan jilbab. Ada ketidaknyamanan saat meninggalkan hijab.

Setelah pengalaman berhijab itu, Rhodes mulai membaca lebih banyak tentang Islam.

“Saya juga melakukan penelitian ke dalam Islam secara keseluruhan dan merasa bahwa Islam adalah agama inklusif yang bisa memberikan jawaban yang saya cari,” katanya.

Memutuskan untuk masuk Islam, tentunya Rhodes disambut dengan berbagai reaksi dari orang-orang di sekelilingnya.

“Rasanya campur aduk,” kenangnya.

“Orang tua saya tidak senang tapi mereka menerima keputusan saya. Mertua saya bahkan sangat mendukung keputusan ini,” kata Rhodes.

“Teman-teman saya dengan berbagai reaksinya. Beberapa orang senang dengan keputusan saya, sedangkan yang lain ingin berdebat dengan saya tentang hal itu, dan yang lain berjalan keluar (pergi) begitu saja dari hidup saya.”

“Pikiran-Sempit”

Muslimah ini mengeluhkan bahwa banyak Muslim yang gagal merangkul muallaf untuk membantu menambah pengetahuan mereka tentang Islam.

“Saya memiliki beberapa dukungan, tetapi sepertinya tidak banyak orang yang ingin merangkul saya,” keluh Rhodes.

“Padahal saya selalu membutuhkan bantuan.”

Dia mengatakan bahwa banyak Muslim yang masih “berpikiran sempit” tentang penafsiran yang berbeda dari Al-Qur’an.

“Ketika saya pergi dan bertanya, orang mengutip ayat dalam Al Qur’an kepada saya dan tampaknya tidak terbuka untuk menerima penafsiran seorang mualaf terhadap Al-Qur’an,” kata Rhodes.

Muslimah ini juga mengeluhkan bahwa reaksi dari beberapa Muslim kadang-kadang meragukan keislamannya.

“Kadang-kadang saya tidak yakin – reaksi dari sebagian umat Islam yang meragukan keislaman saya. Hal ini membuat saya merasa seperti saya harus meninggalkan Islam dan kembali ke paganisme seperti dalam agama yang saya pilih dulu. Dan tak seorang pun peduli jika saya melakukan hal-hal dengan cara saya atau cara lain,” katanya.

“Adapun umat Islam yang ada di tangan Allah. Jika orang di seluruh dunia, dari semua lapisan masyarakat, lebih berpikiran terbuka mungkin kita dapat bergerak lebih maju dari sekarang, ” kata Rhodes.

“Tapi jika tidak, kita hanya akan terus berada dalam lumpur kesalahpahaman, kemarahan dan perang yang sia-sia.”

0 komentar:

Post a Comment

 
Top