1. Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali berkata dalam kitabnya Lathoiful Ma’arif hal 199 – 201 :
وليلة النصف من شعبان كان التابعون من أهل الشام كخالد بن معدان و مكحول و لقمان بن عامر و غيرهم يعظموها و يجتهدون فيها في العبادة و عنهم أخد الناس فضلها و تعظيمها
“Dan malan nishfu sya’ban adalah malam yang para tabi’in negara syam seperti khalid bin Ma’dan, Makhul, Luqman Bin Amir dan yang lainnya mereka mengagungkan malam Nishfu Sya’ban dan mereka bersungguh sungguh dalam beribadah di malam tersebut. Dan dari mereka lah umat islam mengambil faham keutamaannya dan keagungannya.”
Dan ibnu hajar melanjutkan :
و اختلف علماء أهل الشام في صفة إحياءها على قولين : أحدهما : أنه يستحب إحياؤها خماعة في المسجد . كان خالد بن معدان و لقمان بن عامر و غيرهما يلبسون فيها أحسن ثيابهم و يتبخرون و يكتحلون و يقومون في المسجد ليلتهم تلك و وافقهم إسحاق بن راهوية في ذلك و قال في قيامها في المساجد جماعة : ليس ذلك ببدعة
Ulama Syam berbeda pendapat dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban :
Pendapat Pertama : Disunnahkan menghidupkannya secara berjamaah di masjid. Dan para ulama tersebut di atas mereka mengenakan pakaian yang paling bagus yang mereka miliki serta membakar kayu harum dan menggunakan celak. Mereka melakukan sholat di masjid pada malam itu. Dan pendapat ini di setujui oleh Ishaq Ibnu Rohawih dan beliau berkata ”Ini bukanlah sebuah bid’ah”
و قال الشافعي : بلغنا أن الدعاء يستجاب في خمس ليال : ليلة الجمعة , و العيدين , و أول رجب , و نصف شعبان
Berkata Imam Syafi’i : Telah sampai berita kepada kami bahwa doa akan di Kabul di lima malam, malam jum’at, malam 2 hari raya, dan Awal Rajab Dan Nifsu Sya’ban.
2. Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Tadzkirotul Khufadz juz 4 hal 1328 disaat menjelakan biografinya Ibnu Asyakir beliau katakan :
أبو القاسم بن عساكر , صاحب التصانيف ... قال ولده المحدث بهاء الدين القاسم : كان أبي رحمه الله مواظبا علي الجماعة و التلاوة , يختم كل جمعة , ويختم في رمضان كل يوم , و يعتكف في المنارة الشرقية – من جامع دمشق – و كان كثير النوافل و الاذكار , و يحيي ليلة النصف – من شعبان – و العيد بالصلاة و الذكر
“Ibnu Asyakir adalah seorang hafidz muhaddits Syam yang mempunyai banyak karangan, berkata putra Ibnu Asyakir, yaitu Baha Uddin Al-Qosim berkata “Ayahku (Ibnu Asyakir) selalu berjamaah serta membaca Al-Qur’an dan khatam setiap jum’at dan setiap hari di bulan ramadhan dan selalu ber i’tikaf di menara Asyarqiyah di Damaskus. Beliau selalu memperbanyak sholat sunnah dan dzikir serta menghidupkan malam Nishfu sya’ban dan malam ‘id dengan sholat dan dzikir .
3. Berkata Imam Ibnu Haj dalam kitabnya Al-Madkhol juz 1 hal 257 :
و بالجملة فهذه الليلة و إن لم تكن ليلة القدر فلها فضل عظيم و خير جسم , و كان السلف رضي الله عنهم يعظموها و يشمرون لها قبل إتياها , فما تأتيهم إلا وهم متأهبون للقاءها و القيام بحرمتها , على ما قد علم من احترامهم للشعاءر... ))
Fasl malam nishfu sya’ban Kesimpulannya “Malam Nishfu sya’ban meskipun bukan malam lailatul qodar akan tetapi adalah malam yang mempunyai keutamaan yang sangat agung dan kebaikan yang sangat banyak. Ulama salaf mengagungkannya serta bersungguh-sungguh dalam menyambut kedatangannnya. Dan tidak datang malam Nishfu sya’ban kepada mereka kecuali mereka sudah siap menghidupkannya seperti yang telah diketahui dari mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang mengagungkan syiar Allah
4. Berkata Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa nya, (Ibnu Taimiyah adalah tokoh kebanggaan orang orang yang mengingkari kegiatan di Malam Nishfu Sya’ban). Ibnu Taimiyah berfatwa :
إذ صلى اللإنسان ليلة النصف وحده أو في جماعة خاصة كان يفعل طواتف من المسلمين فهو : حسن. ((مخموع الفتاوى)) ج 23 ص 131
“Apabila ada orang sholat di malam Nishfu Sya’ban dengan sendirian atau berjama’ah sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin itu merupakan hal yang baik”.
Beliau juga berkata dalam kitab yang sama hal 132
و أما ليلة النصف فقد روي في فضلها أحاديث و اثار, و نقل عن طاءفة من السلف أهم كانوا يصلون فيها , فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه حجة فلا ينكر مثل هذا , أما الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في الجتماع على الطاعات و العبادات ...
“Adapun keutamaan malam Nishfu Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits dan atsar (perkataan para sahabat dan tabi’in) dan sejumlah dari ulama salaf sesungguhnya mereka menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan sholat. Adapun sholatnya seseorang dengan sendirian pada malam Nishfu Sya’ban cara seperti itu telah dilakukan oleh ulama salaf dan dengan hujjah-hujjah (dalil-dalil) yang jelas maka hal ini tidak boleh di ingkari. Adapun sholat jamaah yang mereka lakukan di malam Nishfu Sya’ban ini berdasarkan atas qoidah umum bahwa dianjurkan berkumpul dalam melakukan ketaatan dan ibadah.
Ibnu Taymiyah menjelaskan dalam kitab Iqtidho Shirotol Mustaqim hal 266 :
Akan tetapi kebanyakan ulama-ulama salaf telah mengutamakan (menghidupkan) malam Nishfu
Sya’ban sebagaimana nash riwayat yang jelas dari Imam Ahmad karena banyaknya hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaannya dan juga karena banyaknya perkataan perkataan dari para ulama salaf yang tersebut dalam kitab musnad-musnad dan sunan-sunan. Meskipun memang ada beberapa riwayat yang lain yang dipalsukan.”
Kesimpulan :
Bagi siapapun yang ingin menyampaikan kebenaran harus jujur dan amanat karena ada ancaman hukuman berat dari Allah SWT bagi pengkhianat-pengkhianat. Ada sebagian kaum muslimin yang mendustakan semua hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan Bulan Sya’ban dan Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Sungguh dikhawatirkan mereka Akan dihukum oleh Allah karena telah berdusta atas Nabi Muhammad SAW.
Dan memang ada beberapa riwayat palsu tentang keutamaan menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Akan tetapi bagi orang yang takut kepada Allah SWT haruslah jujur, yang palsu harus dibuang akan tetapi jika ada riwayat yang telah dianggap benar (shahih) oleh Ahli Hadits tidak ada bagi kita kecuali menginshafi dan menerimanya. Bahkan jika seandainya tidak ada riwayat yang benar dan hanya ada yang dhoif hal tersebut oleh para ulama masih bisa digunakan untuk memacu amal baik dengan syarat-syaratnya. Apalagi sudah terbukti ada beberapa ahli hadits yang menghukumi keshahihanya.
Dan telah disebutkan perkataan sebagian dari ulama-ulama yang menyeru untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan dzikir sholat dan lain-lain. Maka jika ada orang di akhir zaman ini yang dengan lantang berkata bahwa ulama terdahulu tidak pernah menghimbau menghidupkan malam Nishfu Sya’ban lalu mereka katakan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah bid’ah, maka orang tersebut adalah salah satu dari dua.
Pertama, mereka adalah orang yang tidak mengetahui para ulama salaf. Jika demikian adanya orang orang tersebut tidak perlu di ikuti karena sempitnya wawasan tentang ulama salaf. Bahkan Dia telah kurang ajar kepada ulama terdahulu.
Kedua, mereka telah mengetahui apa yang telah disebutkan oleh para ulama salaf di atas hanya karena kecurangan mereka, mereka sembunyikan kebenaran ini karena menuruti hawa nafsu. Dan kita pun tidak perlu mengikuti orang yang mengikuti hawa nafsu.
Dan bagi kita adalah tidak ada pilihan lain kecuali “Mengikuti ulama-ulama yang menghimbau dan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban”.
Cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan oleh Rasulullah SAW seperti melakukan sholat sunnah hajat, sholat sunnah tasbih, sholat sunnah witir atau dengan bersholawat, berdzikir, beristighfar dan membaca Al-Qur’an atau membaca ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Alloh SWT.
WAllahu a’lam Bishshawab.
Aliy Faizal
Simak juga :
Penjelasan Dalil Amaliah di Bulan Sya'ban
Amalan dan Keutamaan Bulan Sya'ban
Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban
Malam Nishfu sya’ban keutamaannya telah diriwayatkan dari banyak hadits-hadits dan atsar (perkataan sahabat dan tabi’in) yang kesimpulannya, “Malam Nishfu sya’ban adalah malam yang diutamakan”. Dan sebagian ulama salaf ada yang mengkhususkannya dengan melakukan ibadah sholat. Dan berpuasa di bulan Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits yang shohih. Ada sebagian ulama salaf dari penduduk kota madinah dan juga sebagian ulama kholaf yang mengingkarinya dan berusaha mencederai hadits-hadits yang menunjukan keutaamannya seperti hadits : “Sesungguhnya Alloh mengampuni di malam Nishfu Sya’ban terhadap dosa dengan pengampunan yang lebih banyak dari bulu domba bani kilab”.Setelah Mereka yang mencederai hadits tersebut akhirnya mereka berkata bahwa tidak ada perbedaan diantara bulan sya’ban dan bulan lainnya.
Akan tetapi kebanyakan ulama-ulama salaf telah mengutamakan (menghidupkan) malam Nishfu
Sya’ban sebagaimana nash riwayat yang jelas dari Imam Ahmad karena banyaknya hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaannya dan juga karena banyaknya perkataan perkataan dari para ulama salaf yang tersebut dalam kitab musnad-musnad dan sunan-sunan. Meskipun memang ada beberapa riwayat yang lain yang dipalsukan.”
Kesimpulan :
Bagi siapapun yang ingin menyampaikan kebenaran harus jujur dan amanat karena ada ancaman hukuman berat dari Allah SWT bagi pengkhianat-pengkhianat. Ada sebagian kaum muslimin yang mendustakan semua hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan Bulan Sya’ban dan Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Sungguh dikhawatirkan mereka Akan dihukum oleh Allah karena telah berdusta atas Nabi Muhammad SAW.
Dan memang ada beberapa riwayat palsu tentang keutamaan menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Akan tetapi bagi orang yang takut kepada Allah SWT haruslah jujur, yang palsu harus dibuang akan tetapi jika ada riwayat yang telah dianggap benar (shahih) oleh Ahli Hadits tidak ada bagi kita kecuali menginshafi dan menerimanya. Bahkan jika seandainya tidak ada riwayat yang benar dan hanya ada yang dhoif hal tersebut oleh para ulama masih bisa digunakan untuk memacu amal baik dengan syarat-syaratnya. Apalagi sudah terbukti ada beberapa ahli hadits yang menghukumi keshahihanya.
Dan telah disebutkan perkataan sebagian dari ulama-ulama yang menyeru untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan dzikir sholat dan lain-lain. Maka jika ada orang di akhir zaman ini yang dengan lantang berkata bahwa ulama terdahulu tidak pernah menghimbau menghidupkan malam Nishfu Sya’ban lalu mereka katakan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah bid’ah, maka orang tersebut adalah salah satu dari dua.
Pertama, mereka adalah orang yang tidak mengetahui para ulama salaf. Jika demikian adanya orang orang tersebut tidak perlu di ikuti karena sempitnya wawasan tentang ulama salaf. Bahkan Dia telah kurang ajar kepada ulama terdahulu.
Kedua, mereka telah mengetahui apa yang telah disebutkan oleh para ulama salaf di atas hanya karena kecurangan mereka, mereka sembunyikan kebenaran ini karena menuruti hawa nafsu. Dan kita pun tidak perlu mengikuti orang yang mengikuti hawa nafsu.
Dan bagi kita adalah tidak ada pilihan lain kecuali “Mengikuti ulama-ulama yang menghimbau dan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban”.
Cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan oleh Rasulullah SAW seperti melakukan sholat sunnah hajat, sholat sunnah tasbih, sholat sunnah witir atau dengan bersholawat, berdzikir, beristighfar dan membaca Al-Qur’an atau membaca ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Alloh SWT.
WAllahu a’lam Bishshawab.
Aliy Faizal
Simak juga :
Penjelasan Dalil Amaliah di Bulan Sya'ban
Amalan dan Keutamaan Bulan Sya'ban
Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban
0 komentar:
Post a Comment