kisah mualaf
Selama 16 tahun pertama kehidupannya, Sarah Joseph merasa sebagai hanya jadi manusia biasa saja. Sarah remaja sangat dalam berbagai kegiatan agama, sosial, dan politik. Keluarganya sangat liberal dan tak peduli agama.

Pada usia 13 tahun, kakak kandung Sarah masuk Islam. Waktu itu karena alasan perkawinan. “Saya sangat membenci keputusannya. Waktu itu dia saya tuduh menjual keyakinan hanya karena wanita. Saya masih takut kala itu. Sebab Islam sangat asing, dan saya banyak membaca sisi negatif tentang Islam,” tutur Sarah.

Tapi pada satu titik, ia akhirnya keluar dari Kristen. Sarah berpikir, Kristen sangat sentralistik. “Namun waktu itu saya belum memilih Islam. Waktu itu saya ‘kosong’. Saya masih berusaha mencari Tuhan,” terang Sarah.

Dalam pencarian itu, menurut Sarah, Islamlah yang kemudian lebih dulu mengalir dalam hatinya. “Islam menjawab semua pertanyaan saya. Terutama tentang Trinitas. Satu hal lagi, Al-Quran tidak mengalami perubahan sama sekali, lain dengan Bibel. Perlahan, saya menemukan jawaban tentang Islam yang telah mengendap sekian lama,” ujarnya lagi.

Sarah masuk Islam di usia sangat belia yakni pada usia16 tahun. “Saya hidup selama 16 tahun tanpa Islam. Jadi manusia biasa, menjadi seorang wanita, seorang ibu, dan editor di London. Semua hal itu telah membentuk saya menjadi seorang pribadi yang luwes. Akan tetapi peran saya sebagai seorang ibu terbentuk saat menjadi Muslim,” kata Sarah.

Apa yang membuat Sarah masuk Islam? Ternyata hanya sebuah peristiwa yang biasanya dianggap ‘kecil’. Ia melihat orang shalat, dan ketika melihat orang-orang bersujud, ia merasa tersentuh. “Itu adalah bentuk ‘kerendahan diri’. Saya kira inilah yang disebut ‘kepatuhan’ atau ketundukan sebagai seorang hamba,” ujar Sarah.

Yang pertama menolak adalah kedua orang tuanya. Ketika Sarah mengenakan jilbab, orang tuanya mengucapkan “belasungkawa.” Perlu waktu beberapa tahun bagi keluarga Sarah untuk bisa memahami pilihan Sarah. “Tapi kini mereka sangat bahagia. Mereka senang dengan jalan hidup yang saya pilih dan ternyata itu bagus. Begitupun, sayangnya mereka belum menunjukkan sinyal untuk memeluk Islam,” ujar Sarah.

Tahun 1992 Sarah menikah dengan Mahmud, seorang pria Inggris keturunan Bangladesh Mahmud bekerja sebagai pengacara. Orangtua Mahmud datang ke Inggris sekitar tahun 1960. Keluarga Sarah mulai menerimanya, karena penampilan Mahmud yang moderat. Kini pasangan itu telah dianugerahi tiga orang anak, Hasan (11), Sumayah (8), dan Amirah (5).

Jurnalis Produktif dan Terbitkan Majalah Islam

Di Inggris, Sarah adalah seorang jurnalis produktif. Setelah masuk Islam, Sarah tidak meninggalkan minat dan keahliannya itu. Ia mendirikan Majalah Emel yang sangat terkenal di Britania Raya. Majalah ini mengupas seputar gaya hidup Islam. Lewat majalah ini, Sarah ingin mengenalkan Islam pada Barat yang selalu menggambarkan Islam sebagai agama teroris.

Emel sendiri merupakan singkatan dari Muslim Life (EM dan EL). Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fashion, desain interior, keuangan, wirausaha, kesehatan, makanan, hingga kisah perjalanan. Lalu ada juga rubrik berkebun dan feature tentang penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau.

Emel pertama kali diterbitkan tahun 2003 dan hanya ada di toko-toko buku yang khusus menjual buku-buku Islam saja. Namun dalam perkembangannya ternyata non-Muslim pun menyukai majalah itu. Sehingga sejak September 2005 distribusinya mulai diperluas untuk umum. Catatan Wikipedia, kini Emel memiliki sirkulasi di 30 negara. Majalah ini juga bisa diakses di internet.

“Hari ini berita-berita tentang Islam identik dengan pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Kami ingin tampilkan sesuatu yang lain. Hal-hal normal yang berlaku dalam Islam, yang tak banyak diangkat. Kami tujukan majalah ini utamanya bagi kalangan muda,” terang Sarah. [muslim village/bbcnews]

0 komentar:

Post a Comment

 
Top