kisah islami
Al-Habib Umar bin Hafidz BSA pernah mengatakan bahwa: “Diantara tanda ulama akhirat adalah ia akan mencintai kitab-kitabnya Imam al-Ghazali. Sedangkan diantara tanda ulama dunia adalah ia membenci dan mengingkari terhadap kitab-kitabnya Imam al-Ghazali, khususnya Ihya ‘Ulumiddin (magnum opusnya Imam al-Ghazali).

Dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin juz 1 halaman 10-13 pada bagian hamisy (pinggir) nya, yakni Kitab Ta’rif al-Ahya’ Biy bi Fadhail al-Ihya’, terdapat kisah yang cukup menarik yang dituturkan oleh Syaikh Abdullah bin As’ad al-Yafi’i, yang diriwayatkan dengan sanad-sanad yang shahih dari waliyullah ke waliyullah, yaitu dari asy-Syaikhul Kabir al-Quthb Syihabuddin Ahmad bin al-Mailaq Asy-Syadzali dari asy-Syaikhul Kabir al-‘Arif Billah Yaqut asy-Syadzali dari asy-Syaikhul Kabir al-‘Arif Billah Abil Abbas al-Mursi dari Syaikusy Syuyukh al-‘Arif Billah Imam Abil Hasan Ali asy-Syadzali. Radhiyallahu’anhum. Kisahnya adalah bahwa:

Asy-Syaikhul Imam al-Kabir Abul Hasan Ali bin Harzahim al-Faqih yang masyhur dengan “al-Maghrabi”, dahulunya adalah orang sangat mengingkari terhadap kitab Ihya ‘Ulumiddin. Saat itu dia adalah orang yang sangat ditaati dan didengarkan kata-katanya oleh banyak orang. Maka dia perintahkan orang-orang untuk mencari dan mengumpulkan naskah-naskah kitab Ihya’ yang bermaksud untuk membakar naskah-naskah tersebut di masjid Jami’ pada suatu hari Jum’at.

Dan ternyata, pada malam Jum’atnya dia bermimpi seakan-akan sedang masuk ke masjid Jami’, tiba-tiba di situ dia mendapati Nabi Saw. yang disertai oleh Sahabat Abu Bakar Ra., Sahabat Umar Ra. dan Imam al-Ghazali sedang berada di hadapan Nabi Saw.

Ketika dia (Ibnu Harzahim) datang, Imam al-Ghazali berkata: “Ya Rasulullah, dialah orangnya yang memusuhiku. Jika yang benar adalah seperti yang dia yakini, maka aku bertaubat kepada Allah. Dan jika yang benar adalah apa yang aku tulis, karena mengharap berkahmu dan mengikuti sunnahmu, maka ambilkan untukku hakku dari orang yang rnemusuhiku.

Kemudian Nabi Saw. meminta kitab Ihya’, dan dibukanya lembaran demi lembaran dari awal sampai akhir. Lalu beliau Saw. berkata: “Demi Allah, sesungguhnya ini adalah sesuatu yang bagus!

Kemudian Sayyidina Abu Bakar Ra. berganti membuka dan memandangi isinya, demikian juga Sayidina Umar Ra., yang keduanya sama-sama berkomentar bagus.

Maka Nabi Saw. memerintahkan agar baju al-Faqih Ali bin Harzahim dilepas untuk menerima cambukan dan hadd (hukuman) sebagai pembohong. Ketika sampai cambukan yang kelima, Sahabat Abu Bakar Ra. memintakan tolong untuknya dan berkata: “Ya Rasulullah, barangkali dia mengira telah mengikuti sunnahmu dan ternyata dia keliru.

Dan Imam al-Ghazali juga berkenan serta menerima permintaan tolongnya Sahabat Abu Bakar Ra.

Sampai di situ, terbangunlah Ibnu Harzahim dan di punggungnya terdapat bekas cambukan itu. Lalu dia beritahukan hal tersebut kepada kawan-kawannya, dan menyatakan bertaubat kepada Allah atas keingkarannya terhadap Imam al-Ghazali dan beristighfar kepadaNya.

Selama beberapa waktu, dia masih merasakan kesakitan dari bekas cambukan itu. Maka dia tadharru’ (mengiba) kepada Allah dan memohon pertolongan Rasulullah Saw. Sampai kemudian dia bermimpi lagi bertemu beliau Saw. yang datang kepadanya dan mengusapkan tangannya yang mulia pada punggungnya. Maka sembuhlah dia atas izin Allah Swt.

Kemudian setelah itu, dia menekuni untuk muthala’ah (menelaah) kitab Ihya’, dan lewat itu Allah Swt. memberikan futuh kepadanya serta memperoleh ma’rifat billah dan menjadi salah seorang pembesarnya para masyayikh, menjadi orang yang ahli ilmu lahir dan ilmu bathin rahimahullah.

Sayyidi asy-Syaikh Abul Hasan Ali asy-Syadzali, yang hidupnya semasa dengan Ibnu Harzahim, mengatakan: “Dan pada hari wafatnya Syaikh Abul Hasan bin Harzahim rahimahullah, bekas cambukan itu masih tampak jelas pada punggung beliau.

Wallahui a’lam bisshowab

0 komentar:

Post a Comment

 
Top