fiqih ramadhan
Di antara hikmah disyari’atkannya berpuasa dan memperbanyak shalat di bulan suci Ramadlan adalah sebagai berikut:

1. Menundukan hawa nafsu, karena sifat dasarnya hawa nafsu hanya mengajak kepada kesenangan-kesenangan sesaat yang berujung kepada keburukan. Bahkan hawa nafsu selalu berusaha untuk mengalahkan dan menundukan manusia itu sendiri. Allah berfirman:

إن النفس لأمارة بالسوء (يوسف: 53)

Namun apa bila segala keinginan nafsu tersebut dilawan maka ia akan menjadi lunak dan tunduk serta dapat dikendalikan. Namun sebaliknya jika keinginan nafsu dipelihara dan diikuti maka ia akan bertambah buas dan menjadi-jadi.

Al-Imam al-Hafizh al-Bushir idalam nazham Burdah menuliskan:

والنفس كالطفل إن تهمله شب على حب الرضاع وإن تفطمه ينفطم
(Nafsu adalah laksana bayi, jika engkau tidak mempedulikannya maka ia ia akan tumbuh dewasa dan tetap senang untuk menetek. Namun jika engkau menyapihnya maka bayi tersebut akan terpisah tidak akan menetek).
Hawa nafsu sangat banyak, namun yang kita maksud disini adalah segala kesenangan yang hanya berorientasi kepada keduniaan dengan sama sekali tidak memiliki tujuan akhirat. Seperti nafsu terhadap harta, wanita, kehormatan, pakaian indah, makan, minum, dan lain sebagainya.

Diriwayatkan ketika Rasulullah dan parasahabatnya pulang dari perang Tabuk, beberapa orang sahabat berkata: “Kita kembali dari al-Jihad al-Akbar kepada al-Jihad al-Ashgar”. Kemudian Rasulullah berkata kepada mereka:

أعدى عدوك نفسك التي بين جنبيك
(Musuh besarmu adalah nafsumu yang berada di dalam dirimu)
2. Menundukan dua syahwat, syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta untuk menundukan godaan setan. Dua syahwat ini jika tidak dikontrol maka akan mengakibatkan petaka besar. Dan musibah yang paling besarnya adalah tidak lagi mempedulikan ketentuan-ketentuan syari’at. Ia tidak akan peduli dan tidak memiliki rasa malu terhadap siapapun yang ada di sekitarnya, bahkan terhadap dirinya, dan bahkan terhadap Allah yang telah menciptakannya.

Dalam sebuah hadirs diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

لو لا أن الشياطين يحومون على قلوب بني ءادم لنظروا إلى ملكوت السماء فالصوم يعين على كسر الشهوات
(Kalaulah bukan karena para setan menggoda hati bangsa manusia maka tentulah bangsa manusia tersebut akan dapatmelihat segala keagungan ciptaan Allah di arah langit, maka sesungguhnya puasa dapat membantu untuk memecahkan segala syahwat).
Yang dimaksud memecahkan syahwat di sini bukan meniadakan atau menghilangkannya. Namun yang dimaksud adalah mengontrol, mengendalikan dan memenej syahwat tersebut dan “mengasuhnya” sesuai dengan ketentuan syari’at.

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

إن الشيطان ليجري من ابن ءادم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع
(Sesungguhnya setan menggoda manusia dari berbagai arah bahkan ia menggoda dari setiap peredaran darahnya, maka persempitlah jalan-jalan setan tersebut dengan lapar (puasa). 
3. Puasa mendidik seseorang untuk bersikap amanah terhadap dirinya sendiri. Dalam keadaan puasa seseorang meninggalkan makan dan minum dengan sendirinya, dan dalam keadaan ini ia dituntuk untuk jujur terhadap dirinya. Apakah ia berpuasa karena Allah atau karena ingin dipuji orang lain? Hal yang sangat istimewa dari ibadah puasa adalah bahwa ibadah ini tidak dapat dijadikan sarana untuk berbohong. Jika ia berbohong dengan puasanya, seperti karena untuk tujuan dipuji orang lain maka ia telah merugi karena menahan haus dan lapar. Namun jika berniat semata karena Allah maka tentu ia akan meraih pahala besar. Inilah salah satu kandungan makna dari firman Allah dalam hadits Qudsi:

فإنه لي وأنا أجزي به (رواه البخاري)
(Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalas ibadah puasa itu).
4. Puasa dapat menyehatkan badan. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah alat produksi, bagaimanapun bentuknya, sebuah mesin misalkan atau lainnya, tidak dapat dipergunakan tanpa batas waktu. Dan bila digunakan terus-menerus tanpa hentimaka akan “jebol”, atau paling tidak produktifitasnya akan jauh menurun. Demikian juga dengan perut, ia membutuhkan “istirahat” yang cukup, dan puasa adalah sarananya.

Sesungguhnya berbagai macam penyakit itu bersumber dari perut. Para ulama terdahulu mengatakan:

المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواء
(Perut itu adalah gudang penyakit, dan berpantang itu adalah pangkal segala obat).
Karena itu sangat buruk seorang yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya dalam memikirkan “isi perut”. Padahal “isi perut” adalah “sampah”. Seyogyanya tujuan dan faedah yang hendak kita ambil dari makanan dan minuman adalah untuk sekedar menghasilkan tenaga untuk kita gunakan dalam ibadah kepada Allah. Benar, makan banyak tidak haram (halal) jika makanan tersebut sesuatu yang halal dan dihasilkan dengan jalan yang halal pula. Namun menyedikitkan makan lebih baik, karena disamping dapat menyehatkan badan, juga lebih membantu kita untuk meningkatkan kualitas ibadah.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

بحسب المرء لقيمات يقمن صلبه، فإن كان ولا بد فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه
(Cukup bagi seseorang untuk makan dengan beberapa suap dengan seukuran yang dapat meluruskan tulang rusuknya, namun jika ia sangat ingin maka jadikanlah perutnya tiga bagian; sepertiga pertama untuk makanannya,sepertiga kedua untuk minumannya, dan sepertiga terakhir untuk nafasnya).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا فلم نشبع
(Kita adalah kaum yang tidak makan hingga kita lapar, dan apa bila kita makan maka kita tidak akan sampai kenyang).
Para ulama kita dalam banyak karya mereka telah menuliskan berbagai keistimewaan menahan lapar (fadlilah al-Ju’). Bahkan sebagian para wali Allah dengan sengaja menjadikan diri mereka meresakan lapar. Artinya lapar yang tidak membahayakan. 

5. Mendidik jiwa terhadap sifat sabar. Dalam tinjauan syari’at, sabar setidaknya terbag ikepada tiga macam. Sabar dalam melaksanakan ta’at kepada Allah (ash-Shabr ‘Ala ath-Tha’ah), sabar dalam menghindari segala perkara haram (ash-Shabr ‘Ala al-Ma’shiyah), dan sabar dalam menghadapi musibah (ash-Shabr ‘Ala al-Mushibah).

Tiga macam bentuk sabar ini seluruhnya terkumpul dalam ibadah puasa. Seorang yang puasa, pertama; sabar karena tengah mengerjakan ketaatan kepada Allah, kedua; sabar dalam menghindari segala perkara-perkara yang dapat membatalkan atau menggurkan pahala puasa, dan ketiga; sabar atas rasa haus dan lapar yang tengah ia hadapinya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه النسائي)
(Barang siapa puasa di bulan Ramadlan karena “iman” dan karena “ihtisab” maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu).
Imam al-Khaththabi berkata: “Makna “Imanan Wa Ihtisaban” ialah niat dan tekad yang kuat di dalam hati dalam melakukan puasa bahwa itu ia lakukan hanya karena Allah, untuk tujuan mendapatkan pahala dari-Nya, hati yang gembira, bukan karena terpaksa, tidak merasa bahwa waktu-waktu puasa tersebut sangat panjang namun sebaliknya ia menghabiskan seluruh waktunya dalam usaha meraih pahala dari Allah”.

Di sinilah bahwa ibadah puasa menuntut kesabaran dengan segala macam bentuk sabar dari yang telah kita sebutkan diatas.

6. Memupuk rasa cinta dan saling menyayangi antara sesama, terlebih terhadap kaum yang lemah. Shadaqah, memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim, orang-orang tua jompo, janda-janda lemah, atau menolong kepada sesama adalah salah satu bentuk “ibadah sosial” (‘Ibadah Ghair Mahdlah) yang harus digalakan dibulan yang mulia ini. Benar, bahwa menolong orang-orang lemah tidak harus terikat oleh tempat dan waktu. Artinya tidak harus kita lakukan di dalam bulan Ramadlan, namun juga harus dikerjakan di luar bulan tersebut.

Ketika seseorang melakukan ibadah puasa maka ia akan merasakan kondisi yang telah lama dihadapi orang-orang lemah. Dengan demikian akan timbul pada dirinya rasa kasih sayang terhadap mereka. Sifat peduli terhadap kaum lemah inilah di antara tujuan-tujuan yang dititipkan dalam keagungan bulan ramdlan. Dan sifat-sifat ini pula yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kepribadiannya bagi segenap umatnya. Beliau adalah pecinta bagi orang-orang fakir miskin, ayah bagi anak-anak yatim, memenuhi segala kebutuhan mereka, dan bahkan menengok yang sakit hingga mengurus jenazah orang yang meninggal di antara mereka.

Dalam sebuah hadits dari sahabat Anasibn Malik bahwa ia berkata: “Rasulullah adalah manusia terbaik, seorang yang paling berani, dan manusia paling termawan”. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah adalah manusia paling dermawan, dan lebih dermawan lagi disaat bulan Ramadlan.

Dalam hadits lain riwayat at-Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

أفضل الصدقة صدقة في رمضان
(Sadaqah paling utama adalah sadaqah yang dilakukan di bulan Ramadlan)
7. Mengarahkan seorang hamba untuk berfikir dan merenungkan kehidupan akhirat. Ketika ia berpuasa maka sebenarnya ia tengah melatih dirinya untuk meninggalkan nafsu-nafsu duniawi, dan melatih untuk konsentrasi dalam maraih pahala yang dijanjikan Allah untuk kehidupan akhiratnya kelak.

Dalam keadaan puasa ini hendaknya melepaskan segala urusan-urusan duniawi yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan akhirat. Selakyaknya merenungi sabda Rasulullah:

إن الله يبغض كل جعظري جواظ سحاب بالأسواق جيفة بالليل حمار بالنهار عارف بأمر الدنيا جاهل بأمر الآخرة (رواه ابن حبان)
(Sesungguhnya Allah sangat murka terhadap orang yang keras kepala (tidak mau menerima kebenaran), pengumpul harta yang sangat pelit, selalu berkeliling di pasar-pasar (hanya mengurus dunia), di malam hari laksana bangkai (tidak pernah mau ibadah), di siang hari laksana keledai (hanya memikirkan kesenangan dunia belaka), terhadap urusan-urusan duniawi sangat paham, sementara terhadap urusan akhirat sama sekali tidak paham) HR. Ibn Hibban.
8. Hal terbesar dari bulan suci Ramadlan tentunya adalah karena Allah menjadikan bulan ini sebagai bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Hari yang paling utama dalam satu tahun adalah hari ‘Arafah, malam yang paling utama dalam satu tahun adalha Lailatul Qadar, hari yang paling utama dalam satu minggu adalah hari jum’at, dan bulan yang paling utama dalam satu tahun adalah bulan Ramadlan.

Pada bulan ini terdapat lailatul Qadar; adalah satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar. Seorang yang memenuhi malam-malam Ramadlan dengan segala macam bentuk ibadah maka ia telah mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, walaupun ia tidak melihatnya. Tentunya yang menyaksikan langsung lebih utama dari yang tidak dapat melihatnya. Dalam hal ini sepatutnya kita mencontoh Rasulullah yangtelah memenuhi seluruh malam-malam dan siang hari Ramadlan dengan segala macam bentuk ibadah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه البخاري ومسلم)
Barang siapa melaksanakan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan karena mencari pahala dari Allah maka diampuni dari segala dosanya yang telah lalu). HR. Bukhari dan Muslim.
Pada bulan Ramadlan ini al-Qur’an diturunkan, yaitu pada Lailatul Qadar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Baihaqi, Rasulullah bersabda: “Al-Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar, yaitu pada malam 24 Ramadlan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadlan, dan Injil diturunkan pada 18 Ramadlan”.

Hadits ini menafsirkan firman Allah QS.al-Qadar: 1, bahwa Allah menurunkan al-Qur’an sekaligus dari al-Lauh al-Mahfuzh ke satu tempat di langit dunia yang disebut dengan Bait al-‘Izzah pada lailatul Qadar. Hadits di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa Lailatul Qadar tidak hanya terjadi pada malam ke 27 saja, tapi dapat terjadi dalam hitungan melam keberapapun, termasuk kemungkinan terjadi pada permulaan atau pertengahan Ramadlan.Hanya saja kemungkinan besarnya terjadi pada 10 bagian akhir Ramadlan, sesuai sabda Rasulullah:

تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر (رواه البخاري ومسلم)
(Carilah oleh kalian akan Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir Ramadlan). HR. al-Bukhari danMuslim.
Pahala membaca al-Qur’an di bulan inisangat istimewa dan besar, karennya sangat dianjurkan untuk digalakan. Apa yang telah dilakukan oleh para ulama salaf patut kita tiru. Misalkan, Imam an-Nakha’i setiap 3 malam sekali mengkhatamkan al-Qur’an dan di 10 akhir Ramadlan mengkhatamkannya setiap 2 malam sekali. Imam Qatadah di luar bulan Ramadlan setiap 7 malam satu kali mengkhatamkan al-Qur’an, sementara di bulan Ramadlan setiap 3 malam sekali, dan di 10 akhir Ramadlan mengkhatamkannya setiap malam. Imam asy-Syafi’i di setiap bulan Ramadlan mengkhatamkan al-Qur’an hingga 60 kali diluar bacaan shalatnya, belum lagi khataman yang beliau bacakan di dalam shalatnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Imam Abu Hanifah, dan ulama terkemuka lainnya. Inilah bahwa Ramadlan disebut juga dengan Syahrul Qur’an, karena pada bulan ini al-Qur’an diturunkan, juga karena pahala istimewa yang dijanjikan kepada orang-orang yang membacanya pada bulan tersebut.

Secara khusus amal ibadah puasa dan bacaan al-Qur’an di akhirat kelak akan memberikan pertolongan kepada orang yang dengan ikhlas mengerjakannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

الصيام والقرءان يشفعان للعبد يوم القيامة يقول الصيام: أي رب منعته الطعام والشراب بالنهار فشفعني فيه، ويقول القرءان: منعته النوم بالليل فشفعني فيه، فيشفعان (رواه الحاكم وصححه)
(Amalan puasa dan bacaan al-Qur’an akan memberikan pertolongan kepada seorang hamba di hari kiamat.Amalan puasa akan berkata: “Ya Allah aku telah mencegah dia dari makan dan minum di siang hari, maka jadikanlah aku sebagai penolong bagi dirinya”. Sementara pahala bacaan al-Qur’an akan berkata: “Aku telah mencegah dia dari tidur di malam hari, maka jadikanlah aku sebagai penolong bagi dirinya”. Maka keduanya lalu memberikan pertolongan) HR. al-Hakim dan dishahihkannya.
Pada bulan Ramadlan ini pahala segala bentuk kebaikan dilipat gandakan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa bulan ini permulaannya adalah sebagai rahmat, pertengahannya sebagai ampunan (maghfirah), dan bagian akhirnya adalah kebebasan dari api neraka. Bahkan ibadah puasa memiliki keistimewaan khusus dibanding amalan-amalan lainnya. Dalam hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah berfirman:

كل عمل ابن ءادم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبع مائة ضعف إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به إنه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي، للصائم فرحتان، فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه ولخلوف فم الصائم أطيب عندالله من ريح المسك (رواه البخاري ومسلم)
(Setiap amal kebaikan dari seorang manusia memiliki balasan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya hingga 700 kali lipat, kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Sungguh seorang yang puasa telah meninggalkan syahwatnya, makanannya, minumannya hanya karena Aku. Bagi seorang yang puasa memiliki dua kegembiraan, gembira ketika berbuka, dan gembira ketika bertemu dengan Tuhanya. Dan sesungguhnya mulut seorang yang berpuasa itu lebih baik bagi Allah dari pada wanginya minyak misik (artinya menghasilkan pahala yang besar). HR. al-Bukhari dan Muslim 
Di antara keistimewaan bulan Ramadlanadalah bahwa seorang yang melakukan puasa di bulan ini karena Allah maka akan dijauhkan dari api neraka. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

مامن عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا بعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا (رواهالبخاري)
(Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah walaupun hanya satu hari kecuali bahwa Allah akan menghindarkan tubuhnya dari api neraka selama 70 tahun) HR. al-Bukhari.
Jika puasa yang hanya satu hari karena Allah menghasilkan balasan yang demikian besar, maka tentu jauh lebih besar jika puasa semacam itu dilakukan dalam satu bulan penuh, seperti dalam bulan ramdlan.

Wallahu A’lam Bishshowab

0 komentar:

Post a Comment

 
Top