kisah mualaf
NAMANYA adalah Maryam Noor. Sedangkan nama asalnya adalah Margaret Templeton. Wanita ini lahir di Skotlandia dan tumbuh besar di keluarga atheis sehingga ia pun tak percaya Tuhan. Dalam rumahnya anggota keluarga dilarang berbicara tentang Tuhan. “Bahkan ketika kami belajar di sekolah, kami tak dibolehkan membahas itu di rumah, bila tidak kami dihukum,” paparnya seperti dikutip dari onislam. Berikut adalah paparan lengkapnya bagaimana ia menjalani lebih dari separuh hidupnya sebagai seorang ateis dan kemudian menjadi seorang Muslimah.

“Sejauh yang bisa saya ingat, saya selalu berupaya mencari kebenaran. Saya terus bertanya mengapa saya hidup di dunia ini. dan apa yang seharusnya saya lakukan.

Ketika saya beranjak dewasa, saya mulai mencari beberapa informasi tentang sosok  yang disebut ‘Tuhan’ yang selalu disebut oleh orang-orang dan saya dengar selama hidup saya. Saya mencari Kebeneran, bukan agama tertentu.

Saya mencari kebenaran yang masuk akal bagi saya, sesuatu yang membuka hati saya dan membuat saya layak untuk hidup. Saat mencari saya memasuki setiap jenis gereja baik di Inggris maupun dekat rumah saya. Tak pernah sebelumnya terbesit untuk berpikir tentang Islam.

Saya pun mencari seseorang yang bisa mengajari dan memberi tahu saya tentang Islam dan cara hidup berdasar agama ini. Sehingga saya bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah, mana yang berasal dari tipu daya setan.

Hingga suatu hari seorang kawan membawa seorang alim ulama. Namanya Nur El-Din. Ia adalah seorang Arab yang lahir di negara itu. Ia mengundang saya untuk datang ke rumahnya dan memberi tahu buku apa yang harus dibeli dan apa yang harus saya lakukan. Bahkan Nur membuka diri untuk dihubungi kapan saja bila saya memiliki pertanyaan. Itulah hubungan kami, ada tujuh volume buku yang saya baca mengenai tafsir dan terjemahan terhadap Al Qur’an dan buku itu sangat luar biasa.

Saya pun mulai mengkaji Islam. Saya membuka buku pertama dan membaca kata pengantar. Saya tidak memulai dari belakang, melainkan dari depan. Saya langsung menuju surah Al Baqarah.

Sebelum Al Baqarah terdapat Surah Al Fatihah. Begitu saya membaca, rasanya seperti tersambar. Air mata saya bercucuran. Hati saya berdebar keras, saya berkeringat dan gemetar.

Awalnya saya takut itu adalah godaan setan. Sepertinya setan mencoba menghentikan saya karena saya mungkin menemukan jalan, karena buku ini mungkin membukakan saya menuju kebenaran, sesuatu yang selama ini saya cari.

Saya pun langsung menelpon Nur El-Din. Ia berkata bahwa saya harus menemuinya. Saya pun pergi ke tempatnya. Saat itu musim dingin, begitu sampai rasanya tubuh saya seperti balok es..

Saya menuturkan pengalaman saya kepada Nur El-Din. Saya berkata padanya ini pasti ulah setan, apa yang harus saya perbuat? Saya menuturkan di kala membaca ayat Qur’an tersebut dan ketika air mata bercucuran saya bisa melihat jelas ke dalam hatinya.  Saya sangat takut.

Nur El-Din berkata pada saya, “Margaret, dirimu akan menjadi seorang Muslim!” Saya memcoba mengelak, “Tapi saya tidak membaca buku-buku ini untuk menjadi seorang Muslim. Saya membaca demi membantah semua kebohongan yang telah disebarkan di media mengenai Muslim,” ujarn sya. “Dan lagi pula saya tak ingin menjadi Muslim,” kata saya lagi.

Namun Nur El-Din tetap pada keyakinannya. “Margaret, kau akan menjadi Muslim karena.,. baiklah saya harus memberi tahumu bahwa ada campur tangan kekuatan Tertinggi dalam hidup ini.”

Saat itu saya berusia 65 tahun. Kini saya 66 tahun dan saya telah menjadi Muslim selama satu tahun.

Saya melakukan kajian lebih dalam lagi dengan ulama iitu mulai November hingga Februari. Akhirnya saya tak bisa menahan diri untuk bersegera mengucap syahadat. Sejak itu saya kehilangan semua teman mengobrol saya. Bahkan putri saya menganggap saya gila. Satu-satunya yang percaya saya adalah putra saya yang mengatakan mungkin saya menemukan kebenaran yang mungkin akan menyusul perubahan saya menjadi Muslim.

Tantangan terberat yang saya rasakan adalah tempat tinggal di mana saya tinggal. Dengan sepenuh hati, saya ingin tinggal di dunia Muslim dan memiliki komunitas Muslim. Saya merupakan satu-satunya Muslim yang tinggal di kawasan ini. Namun Allah selalu baik kepada saya karena ditengah kesulitan, saya tetap bahagia dan terus memiliki kesempatan belaja.

Usia saya sungguh membuat saya sulit menghafal Quran jadi saya menggunakan buku terjemahan. Dan saya memohon pada Allah, ‘Mohon Ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyanyang, saya hanyalah seorang bayi berusia 65 tahun dan saya memiliki kesulitan dan bantulah aku.

Setiap saya berdoa itu saya selalu menemukan jalan. Allah SWT benar-benar membantu saya.”

0 komentar:

Post a Comment

 
Top