kisah mualaf
"Aku mendapat kesempatan bertugas di Timur Tengah selama enam bulan. Itu adalah petualangan pertama yang menakjubkan yang pernah ada dalam hidupku," ujar John Ridley, mengawali kisahnya mendapatkan hidayah.

Ia merupakan seorang jurnalis, penyiar sekaligus penulis. Meski diawali tugas yang hanya berjangka waktu enam bulan, ia lalu menghabiskan 30 tahun berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain di Timur Tengah. Berbagai peristiwa Timur Tengah pernah menjadi bahan berita dan tulisannya. Beragam gejolak Timur Tengah pun, ia saksikan dan kabarkan. Ia meliput beragam peristiwa dari perang Palestina-Israel, invasi AS ke Irak hingga yang terakhir Arab Spring. Dari pengalamannya inilah John mendapatkan scercah cahaya hidayah.

John merupakan pria kelahiran Inggris yang dibesarkan dalam keluarga Nasrani. Bersama orang tua dan saudara perempuannya, John rutin pergi ke gereja tiap pekan. Namun, semakin bertambah usia John, pemikirannya pun makin kritis.

Inilah langkah pertama John menuju hidayah Islam. Kesempatan untuk mengenal Islam pun datang saat ia diterima di BBC Worldwide sebagai jurnalis untuk dikirim ke Timur Tengah. John yang semula tak tahu apapun tentang agama lain, mulai melihat eksistensi Islam. Namun sebelum berangkat ke Timur Tengah, John sempat berkenalan dengan seorang Muslim saat tengah menjalani masa pelatihan broadcasting dan jurnalistik BBC.

John pun kemudian mempelajari agama Islam. Hingga saat ia dikirim ke Timur Tengah, tepatnya di Oman, John merasa keberuntungan memihak hidupnya. Di sana ia bebas bercakap-cakap dengan Muslimin. Di samping membaca literatur, John pun seringkali bertanya dan berdiskusi mengenai Islam kepada mereka. Betapa gembiranya John karena ia menemukan jawaban pertanyaannnya selama ini. Ya, ia menemukan jawaban itu di dalam ajaran Islam. Perubahan hidup John pun dimulai dari sini. Ia memilih menjadi hamba Allah yang dirahmati.

Saat kembali ke Inggris, John mendapat ujian keimanan. Keluarganya enggan menerima pemahamannya. Pengaruh Timur Tengah dianggap telah mengubah John dalam tingkah lakunya. Ia pun terus membujuk keluarganya agar menerimanya kembali. Tapi dari sekian banyak percakapan, keluarganya masih enggan menerimanya. Sementara itu, John mulai kesulitan mendapat penghasilan di Inggris.

Di saat-saat sulit, Allah pun memberikan jalan kepada John. Sebuah stasiun radio Arab Saudi memintanya menjadi seorang reporter selama invasi AS ke Irak pada 2003. John pun menerima tawaran itu. Ia terbang kembali ke Timur Tengah. "Saat pergi ke Riyadh, saya mulai hidup berdampingan dengan Muslimin. Saat itu saya dapat menambah pengetahuan keislaman saya. Disana saya benar-benar dapat melihat Islam itu begitu menarik," tutur John dalam acara "My Journey to Islam" yang disiarkan PressTv yang dapat disaksikan di Youtube.

Dari Saudi, John sempat pindah ke Kuala Lumpur, Malaysia. Makin bertambahlah pegetahuannya tentang Islam. Delapan bulan di KL membuatnya mengerti budaya Islam sangat menarik dipelajari. Sepulang dari KL, dimulailah petualang John yang baru. Ia berkeliling ke negara-negara Timur Tengah dan menulis tentang Islam di setiap kunjungannya. Setelah memeluk Islam, John memang banyak menulis tentang Timur Tengah dan Islam.

Selama tiga puluh tahun terakhir, ia telah berkunjung ke banyak negara baik Lebanon, Oman, Yaman, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Iran dan Yordania. Alhasil, John memiliki pengetahuan dan pemahaman luar biasa tentang Timur Tengah dan dunia Islam. Hal ini pun kemudian ia torehkan dalam bentuk tulisan. Sejak awal tahun 2000, John menjadi penulis lepas di Bahrain dan Beirut. Namun ia juga masih rutin melakukan siaran di radio dan televisi di Timur Tengah, serta menulis artikel untuk beberapa surat kabar regional dan internasional, situs web, majalah dan sebagainya.

Membela Palestina
Dari sekian banyak tulisannya, John lebih sering menyerukan hak warga Palestina. Ia sangat peduli pada hal kemanusiaan. Inilah yang juga membuatnya tertarik pada Islam. Ia sangat terpesona pada ajaran Islam yang memperlakukan manusia dengan sangat baik.
"Kemanusiaan, perdamaian, perlindungan anak, diajarkan dalam Islam. Bagaimana saling mengerti antarmanusia dan hidup berdampingan. Saya benar-benar beruntung menemukan Islam," ujar John bersyukur.
Dalam melakukan pekerjaannya sebagai jurnalis, John pun tak pernah berpikir untuk mendapat penghasilan. Ia memanfaatkan profesinya untuk menyuarakan hak asasi manusia, terutama anak-anak, di kawasan Timur Tengah yang kacau akibat perang, terutama di Palestina. "Kita memang membutuhkan uang. Tapi, ada hal yang lebih penting yakni manusia dan kemanusiaan. Saya tidak mau hanya diam sementara orang-orang di luar sana telantar dan kesulitan. Saya benar-benar ingin menjadi bagian untuk membela mereka," kata John dengan suara serak membayangkan kondisi miris warga Palestina.

Selain menulis, John juga pernah memberikan pidato di camp-camp pengungsian Palestina pada September 2001. Kemudian, pada 2011 ia pula yang melaporkan kerusuhan di Israel. Tak hanya di Palestina, John juga sangat peduli pada korban kerusuhan di Lebanon pada 2011 serta kasus suram lain di Timur Tengah.

0 komentar:

Post a Comment

 
Top